PENANGGALAN Sunda kuno memang sudah mulai dikenalkan sejak 6 tahun lalu oleh kalangan pencinta kasundaan atau komunitas kabuyutan Sunda. Namun hingga sekarang, masyarakat Sunda masih banyak yang belum mengenal betul tentang keberadaan kalender Sunda. Dari dulu hingga sekarang hanya kalangan orang tua tertentu yang biasa menggunakannya untuk menentukan hari baik suatu acara syukuran.
Kalender Sunda memiliki dua belas bulan sama dengan kalender Masehi, namun nama-namanya yang beda. Jumlah hari dalam setiap minggunya pun sama ada tujuh hari, tapi namanya punya namanama sendiri. Namun dalam setiap bulannya, bulan pada kalender Sunda tidak ada yang memiliki di atas 30 hari. Jumlah hari dalam bulan kalender Sunda hanya sampai 30 hari atau 29 hari.
Adapun penamaan bulannya terdiri dari Kartika, Margasira, Posya, Maga, Palaguna, Setra, Wesaka, Yesta, Asada, Srawana, Badra, dan Asuji. Sedangkan penamaan harinya terdiri dari Radite (Minggu), Soma (Senin), Anggara (Selasa), Buda (Rabu), Respati (Kamis), Sukra (Jumat), Tumpek (Sabtu).
Perbedaan lain yang terlihat pada kalender Sunda adalah tanggalnya. Karena dalam penanggalannya hanya menggunakan angka 1 sampai 15. Sehingga pada satu bulan itu tampak ada pengulangan angka untuk tanggalnya, setelah tanggal 15 kembali ke tanggal 1. Namun pada setiap dibelakang angkanya diberi tanda huruf S untuk tanggal 1-15 di awal bulan, dan tanggal 115 selanjutnya diberi huruf K.
"Soal tanggal yang diberi tanda S dan K itu dikarenakan penanggalannya mengacu pada dua perhitungan, yakni bulan dan matahari. Tanda S artinya Suklapaksa atau paro caang, dan K artinya Kresnapaksa atau paro poek," kata Budi Dalton, penasehat acara Perayaan Tahun Baru Sunda 1948 Saka kepada wartawan saat jumpa pers di Gedung Indonesia Menggugat (GIM), Rabu (2/11).
Selain itu dikatakan Budi, pada kalender Sunda yang dirintis penelitiannya oleh putra kelahiran Bandung, almarhum abah Ali Sastramidjaja, pergantian hari dan tanggalnya bukan pada malam hari seperti pada penanggalan Masehi. Pergantian hari pada pertanggalan Sunda terjadi pada sore hari atau sekitar pukul 18.00.
"Acuan awal tahunnya pun mengacu pada tahun Saka. Sehingga sekarang ini kalendernya pada tahun 2011 tanggal 4 November nanti baru menginjak pada tahun baru 1948, atau lengkapnya tanggal 1, bulan Kartika, tahun 1948," jelasnya.
Meski belum banyak yang tahu apalagi menggunakan, komunitas kabuyutan Sunda selama enam tahun ini tak pernah berhenti membuat kalender Sunda setiap tahunnya untuk dibagikan secara gratis.
Penerbitan kalender Sunda yang merupakan upaya meneruskan hasil kerja keras Abah Ali itu dikatakan Koordinator Perayaan Tahun Baru Sunda 1948 Saka, Dadang Hermawan yang akrab disapa Mang Utun, sudah mendapat pengakuan dari raja-raja seNusantara. Bahkan Kerajaan Kelantan, Malaysia pun sudah mengakui keberadaan kalender Sunda yang akurat.
"Kami jadi bangga karena Kerajaan Malaysia pun mengakui keberadaan kalender Sunda ini," kata Utun kepada wartawan di GIM, Rabu (2/11).
Menurut Utun, pengakuan keberadaan kalender Sunda tersebut dilakukan oleh keturunan ketujuh dari Sri Ratu Puteri Sadong, Raja Kelantan Malaysia, yakni Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali, pada tahun 2010. Ketika itu Raja Tengku Putri Anis Raja Sazali menghadiri acara pertemuan Raja dan Sultan se- Nusantara.
"Kerajaan Malaysia itu mengakui keberadaan kalender Sunda karena merasa masih satu keturunan, sebagai keturunan Sunda Besar juga, sebelum masa kolonial," ujar Utun.
Untuk lebih mengenalkan kalender Sunda kepada masyarakat Sunda, Utun bersama gabungan komunitas pencinta kasundaan yang menamakan diri sebagai komunitas kabuyutan Sunda akan menggelar berbagai acara di berbagai daerah sebagai bentuk perayaan tahun baru Sunda. Acara akan dimulai tepat pada hari pergantian tahun baru, atau pada Jumat (4/11) di samping timur Gedung Merdeka, Jalan Cikapundung Timur.
Acara pembuka perayaan tahun baru Sunda itu akan dihadiri penyanyi ternama asal Bandung, Trie Utami yang akan memberikan pangjajap (pembuka). Kemudian dilanjutkan dengan acara Pasaduan (syukuran), simbolisasi ritual 'ngalarung' di Sungai Cikapundung, serta dimeriahkan dengan seni tradisional Subang, Gembyung.
Selain itu akan digelar pula pertemuan dan diskusi bersama tokoh-tokoh astronomi di Rumah Makan Sapulidi Jalan Cihampelas pada 9 November. Kemudian digelar pergelaran seni Sunda di Padepokan Loka Gandasasmita di Garut pada 10 November. Pada 11 November akan digelar acara seni budaya di dua tempat yakni di Cilauteureun, Garut berupa Ngaruat Jagat, dan Hajat Lembur di Ciparay, Kabupaten Bandung.
Tak hanya itu, perayaan tahun baru Sunda juga akan menggelar Bandung Death Festival di Lapangan Pussenkav, Jalan Turangga, pada 20 November. Kemudian 23 November akan digelar pergelaran seni budaya di Negara Banceuy, Subang. Sedangkan puncaknya akan digelar pada 26 November 2011.
"Untuk acara puncak, tempatnya masih belum dipastikan. Kemungkinannya akan digelar di Kabupaten Bandung atau Kota Bandung," kata Utun. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar