19 Mar 2012

Cerita Lembur MARIBAYA & Skitarnya versi Kalakay Jasinga

Maribaya adalah sebuah hutan yang dihuni oleh komplotan perampok yang dipimpin oleh Sembaga dan bermukim di sebuah kobong. Mereka selalu merampok dan menjagal siapa saja yang melintasi daerah tersebut bahkan barang-barang yang dibawa oleh pasukan Banten dan Suryakancana dari Bogor sekalipun.
Hutan tersebut sangat berbahaya untuk dilewati bagi pasukan Banten maupun Suryakancana, hingga mereka menyebutnya dengan nama hutan Marabahaya, Marabaya atau Maribaya yang berarti di sini tempat berbahaya.
Pada suatu ketika kedua pasukan tersebut menuju hutan Maribaya dari arah tempat asal masing-masing dan keduanya dipertemukan oleh dalem Cipayaeun. Daerah tempat kedua pasukan itu bertemu dinamakan Samprok ( bhs Sunda = paamprok). Kemudian semuanya berunding tak jauh dari Samprok dan tempat mereka berunding dinamakan Sampiran. Melihat ada sekumpulan beberapa pasukan, Sembaga pun mendekati dan bermaksud merampas barang-barang apa saja yang dibawa kedua pasukan itu. Ketika hendak merampas, Pangeran Suryakancana yang memimpin pasukan dari Bogor itu langsung melawan dan membacok akan tetapi tidak mempan, perkelahian pun semakin seru. Berita perkelahian antara komplotan Sembaga dengan pasukan Banten dan Suryakancana itu pun terdengar oleh Wirasinga yang ada di Jasinga dan mengundangya segera pergi ke Maribaya untuk membantu pasukan Banten dan Suryakancana. Atas restu sespuh Janglapa, Ibu Ratu memerintahkan Wirasinga untuk menghabisi Sembaga. Ketika Pangeran Suryakancana hendak membacok Sembaga, seketika itu Wirasinga menghalanginya .
Wirasinga menghalangi dan berkata, “ Biarlah kakang Suryakancana, biar aku yang akan menghabisinya “. “ Silakan Wirasinga “, jawab Pangeran Suryakancana. Seketika itu pula Sembaga tewas ditusuk oleh Wirasinga dengan keris miliknya. Kepala Sembaga putus ditebas hingga terpental kea rah janglapa dan badannya berada di Samprok atau Janglapa Cinengah. Sejak Sembaga tewas, daerah pertempuran itu masih dinamakan maribaya.
Maribaya yang diceritakan bukan perkampungan yang saat ini dihuni penduduk, tetapi dahulu berada di sisi sungai Cidurian yang bernama Leuwi Jasar.
Wirasinga mengajak Pangeran suryakancana dan Banten untuk singgah ke Jasinga sekaligus merayakan atas kemenangan pertempuran di Maribaya. Dalam perjalanan menuju jasinga banyak penduduk yang melihat iring-iringan pasukan tersebut dan tampak seekor singa memimpin di depan yang sebenarnya ia adalah Dalem Wirasinga.

1 komentar: